Mempersiapkan Program Merdeka Belajar

JURNALREALITAS.COM, OPINI – Program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, untuk diimplementasikan pada tahun ajaran 2021/2022 sudah dikibarkan. Apa saja yang harus dipersiapkan orangtua murid dan guru terhadap program ini?

Tujuan program Merdeka Belajar ini adalah agar peserta didik, pendidik dan orangtua bersama-sama belajar dengan perasaan bahagia. Dengan perasaan bahagia, maka apapun yang kita pelajari akan mudah diserap dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, apa yang harus dilakukan orangtua selama masa pelajaran jarak jauh (PJJ) ini?

Untuk mendukung program Merdeka Belajar ini, ada baiknya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk membentuk karakter yang baik.

Pendidikan karakter ini pernah didengungkan juga. Adalah membentuk kepribadian secara simultan/terus menerus, guna menyempurnakan diri untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, berpotensi dan bermartabat.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua selama PJJ berlangsung. Peran orangtua adalah yang utama dan dasar bagi anak. Karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada di sekolah. Dan pendidikan karakter pertama dimulai dari orangtua.

Caranya :

  1. Memberi contoh yang baik. Seperti sikap jujur, terbuka, dan sopan (panutan).
  2. Menjadi apresiator (orang yang menghargai) dan inspirator (memberi inspirasi), agar menjadi contoh pondasi yang lebih bahagia, peduli, pemaaf dan bertanggung jawab.
  3. Mengajarkan nilai moral. Di era internet ini, kita boleh bersyukur karena kehadiran internet mempermudah kita, para orangtua, untuk mendapat informasi yang bermanfaat, baik tulisan, audio, maupun video.
  4. Menjadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Membudayakan sikap-sikap baik (jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, nasionalisme, rasa ingin tahu, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli, dll)

Cara-cara di atas tentu saja harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Baik secara pikiran, sikap dan hati. Selain itu, harus diterapkan sedini mungkin. Itu sebabnya peran orangtua sangat penting dan menjadi pondasi.

Untuk itu, para orangtua perlu mendapat pendidikan moral, seperti yang dijabarkan oleh Thomas Lickona. Yaitu: pengetahuan moral (kesadaran moral, mengetahui nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral), perasaan moral (hati nurani, penghargaan diri, empati, menyukai kebaikan, pengendalian diri, kerendahan hati), dan aksi moral (kompetensi, kemauan, kebiasaan).

Demikian juga para pendidik atau guru. Diharapkan dapat membantu orangtua membentuk karakter anak yang berani, mandiri, percaya diri, pandai bersosialisasi, sopan dan berkompetensi.

Ada beberapa urutan strategi dalam menerapkan pendidikan karakter ini, yaitu:

  1. Moral knowing (pengetahuan moral)
  2. Moral modelling (menjadi teladan)
  3. Moral feeling and loving (memiliki perasaan dan rasa kecintaan akan hidup)
  4. Moral acting (bertindak/melakukan sesuai dengan pengetahuan, teladan dan perasaan yang dimiliki)
  5. Traditional (memberi bimbingan, masukan, arahan, agar terus tertanam dan menjadi dasar hidup anak)
  6. Punishment (pendisiplinan bagi pelanggaran moral)
  7. Habituasi (kebiasaan bersikap baik).

Manfaat dari pendidikan karakter ini adalah agar kita semakin bertanggung jawab, punya tujuan hidup, dan ikut berpartisipasi menciptakan lingkungan yang aman, damai, tertib dan bijaksana.

Perlu diingat, bahwa setiap anak memiliki keunikan/bakat dan kecerdasan masing-masing. Jadi, baik orangtua, guru, hingga lingkungan, tidak bisa menyamaratakan semua anak.

Begitu juga dengan orangtua dan guru, punya latar belakang, pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda.

Kebhinekaan ini yang menjadikan hidup ini lebih berwarna dan pantas dipelajari. Karena belajar itu bukan milik anak-anak saja, melainkan semua orang yang punya tujuan hidup.

Oleh: Imelda Stefanny
Pemerhati Pendidikan
-Jurnalis JurnalRealitas.com