Penyaluran Dana BOS di SD Cinta Rakyat Kota Siantar Untuk Siswa Tidak Mampu

JURNALREALITAS.COM, PEMATANG SIANTAR – Senin (15/8/2016), Jhon Girsang wakil ketua LSM GEMPAR Sumatera Utara bersama awak media ini mengunjungi Sekolah Dasar Cinta Rakya 3 (SD CR 3) untuk mengkonfirmasi terkait penggunaan dana BOS untuk siswa miskin.

Foto : Zr. Monica Simarmata. Kepsek SD CR 3 Pematangsianta
Foto : Zr. Monica Simarmata. Kepsek SD CR 3 Pematangsianta

Bertempat di ruang kepala sekolah SD Katholik Cinta Rakyat (CR) 3 yang beralamat di Jl. Kain Batik Pematangsiantar, Zr. Monica Simarmata selaku Kepala Sekolah menjelaskan untuk tahun anggaran 2013, 2104, 2015 dan tahun 2016 Tri wulan 1 dan 2  penyaluran dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) bantuan siswa miskin telah disalurkan tepat sasaran.

Dana BOS telah diberikan kepada siswa yang secara ekonomi (financial) benar dianggap kurang mampu atau dikategorikan miskin. Kategori miskin yang dibenarkan dan dikuatkan oleh surat keterangan dari kantor kelurahan atau kepala desa setempat. Kebenaran akan tepatnya penyaluran dana BOS ini dibuktikan dengan menunjukkan laporan pertanggung jawaban oleh sang kepsek kepada awak media ini bersama dengan wakil ketua LSM GEMPAR Sumatera Utara, Jhon Girsang.

Terkait banyaknya issu yang berkembang diluar, ketika dipertanyakan oleh Jhon Girsang wakil ketua LSM GEMPAR Sumut, apa benar sih ada siswa miskin di sekolahan ini? Monica menjawab “Emang selama ini banyak anggapan bahwa semua atau rata-rata siswa yang bersekolah di yayasan katholik khususnya di SD Cinta Rakyat 3 adalah dari kalangan keluarga mampu atau dari keluarga kelas menengah ke atas. Namun hal tersebut tidak selamanya benar” Disini kami memiliki beberapa siswa yang secara ekonomi memang benar-benar tidak mampu. Ada anak yatim juga atau orang tuanya masih lengkap tapi secara keuangan mereka tidak sanggup. Kami bantu. Namun supaya kami tidak dipersalahkan dalam hal pertanggung jawaban dana BOS mereka harus melampirkan surat keterangan tidak mampu atau miskin (SKTM) dari lurah atau kepala desa mereka.

Bentuk bantuan lain yang kami berikan misalnya ada satu keluarga yang anaknya 3 (tiga) orang yang bersekolah disini. Si kakak bayar SPP nya penuh. Terus adiknya yang nomor 2 kami kurangi uang sekolahnya sekitar Rp. 30 ribu. Dan adiknya yang nomor 3 kami kurangi lagi Rp 60 ribu. Semua ini kami ambil dananya ya dari dana BOS untuk bantuan siswa miskin.

Lebih jauh tanpa mau menyebutkan nama, Zr (baca:  suster, red) Monica mengatakan ada beberapa anak disekolahan mereka yang uang sekolahnya digratiskan penuh karena siswa tersebut adalah anak yatim dan atau orang  tuanya betul-betul miskin. Sebagai contoh. Ada seorang siswa miskin, namun karena jarak rumahnya jauh dari sekolahan SD Negeri (yang SPP nya gratis) sementara jika bersekolah disitu orang tuanya tidak sanggup untuk mengongkosi anaknya tersebut setiap hari, sementara sekolah yang terdekat dari rumahnya adalah SD Cinta Rakyat 3. Maka  dengan dasar serta pertimbangan dan niat ingin membantu, maka mereka menerima anak tersebut.

“Kan sayang bang kalau hanya karena biaya anak tersebut sampai tidak bersekolah” kata Monica kepada awak media ini. Namun sang suster tetap merahasiakan identitas sang siswa dengan alasan supaya yang bersangkutan maupun keluarganya tidak merasa malu. Demikian Monica mengakihiri pembicaraan. Sungguh suatu sikap dan sifat yang mulia yang layak ditiru dan dicontoh oleh sekolah-sekolah lainnya. (MBP.S)