Sampah Menumpuk di TPS, Dinas Kebersihan DKI Jakarta Belum Maksimal Kelola Sampah

Jurnalrealitas.com, Jakarta – Buruknya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemda DKI Jakarta berimbas pada kondisi disebagian tempat di jakarta menjadi tak nyaman dan terlihat kumuh. Akibatnya kota Jakarta sebagai ibu kota Negara pun belum layak dijadikan panutan bagi kota-kota lain diluar Jakarta dalam hal kebersihan kota.

Kondisi ini harusnya menjadi perhatian serius bagi Pemda Jakarta untuk bekerja maksimal dalam hal pengelolaan sampah yang baik untuk kebersihan kota Jakarta.

Foto : Foto tumpukan sampah di TPS

Keberadaan kantor-kantor pusat, baik pemerintah maupun swasta, perusahaan asing maupun lokal, duta besar Negara sahabat adalah fakta bahwa kota Jakarta adalah wajah Indonesia dimata internasional. Lalu kalau kebersihannya saja tidak diperhatikan, tentu akan merusak citra Indonesia di kancah internasional. Tidak hanya itu, kinerja pemda maupun pusat akan dipertanyakan publik.

Baca juga :

Ironi Tumpukan Sampah di Pasar Kebayoran Lama Yang Tak Pernah Terselesaikan


Bicara dalam hal pengelolaan sampah tentu pemda DKI Jakarta sudah memiliki dinas tersendiri yang menangani kebersihan yaitu Dinas Kebersihan Pemprov DKI Jakarta. Dinas kebersihan ini pun turut dibantu oleh Suku Dinas, Kecamatan, Kelurahan yang ada disetiap wilayah kota adminitrasi yang terbagi menjadi 5 wilayah + 1 Kepulauan Seribu. Sehingga dengan keberadaan instansi, kalau saja ada keseriusan, maka seharusnya tidaklah sulit bagi Pemprov DKI untuk menjadikan kota Jakarta jauh dari sampah.

Buruknya penanganan sampah contohnya terjadi di wilayah Jakarta selatan tepatnya di pasar Kebayoran Lama. Penanganan sampah di pasar ini tak pernah berubah dari sejak lama. Sampah berserakan dimana-mana, bahkan tempat penampungan/DIPO sampah seringkali sampai menggunung yang menambah kesan pasar Kebayoran Lama semakin kotor dan jorok serta kumuh. Padahal volume sampah di pasar ini cukup banyak hingga mencapai 300 s/d 350 meter kubik per harinya. Jumlah ini tentu bukanlah jumlah sedikit, bahkan melebihi kapasitas. Jika musim penghujan tiba maka sampah-sampah ini akan menimbulkan bau busuk yang menyengat, karena tidak segera diangkut oleh pihak kebersihan. Kenapa tidak diangkut, itulah pertanyaanya?

Kondisi ini tentunya sangat dikeluhkan oleh para pedagang yang berjualan dipasar ini. Tidak hanya pedagang, orang yang hanya sekedar melintasi pasar ini pun merasa tidak nyaman dengan aroma bau busuk yang timbul dari tempat penampungan sampah yang menggunung disekitar pasar ini. Parahnya lagi, tumpukan sampah inipun menimbulkan banyak lalat. Padahal untuk kebersihan dipasar ini para pedagang dikenakan retribusi sampah sebesar 2rb rupiah / hari.

’’Setiap hari para pedagang disini dikutip uang retribusi sampah sebesar Rp.2 ribu rupiah, katanya untuk kebersihan tetapi pada kenyataannya sampah disini seringkali menumpuk dan menggunung sehingga menimbulkan kesan kotor dan jorok juga aroma yang kurang sedap, ujar Edi (40) seorang pedagang dipasar ini.

Dengan keadaan yang seperti ini lanjut Edi, sebagai pedagang kadang kala kita merasa risih dan malu dengan pengunjung atau pembeli yang berbelanja di sini (maksudnya adalah pasar Kebayoran Lama), kadang saya sampai bertanya-tanya sendiri apa saja sih kerjanya kepala seksi kebersihan kecamatan Kebayoran Lama selama ini, sampai sampah bisa menumpuk dan menggunung seperti ini, kerja dong yang benar jangan hanya mau terima duitnya doang dari para pedagang. Keluhnya yang dibenarkan oleh beberapa pedagang lainya.

Hal ini selayaknya menjadi prioritas bagi Eko Bharuna selaku Kepala Dinas Kebersihan Jakarta saat ini. Jakarta akan bersih jika saja para pejabat baik tingkat Dinas maupun suku Dinas Kebersihan, Kecamatan, Kelurahan, RT/RW ini mau turun langsung ke lapangan secara pro aktif dan melakukan pengawasan ditiap wilayahnya masing-masing. Terlebih kepada kepala Dinas yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur. (Anto Maulana)