JADIKAN MASJID SEBAGAI RAHMAT DI SEKITARNYA

OPINI – Untuk Apa Masjid Megah Jika Di Sekitarnya Banyak yang Kelaparan?

Di banyak tempat hari ini, kita melihat masjid-masjid berdiri megah. Kubah-kubah menjulang, ornamen berkilauan, pengeras suara terbaik mengumandangkan adzan yang merdu.

Namun,,,,,,,,,, tak jauh dari sana—kadang hanya selemparan batu—ada rumah-rumah rapuh, perut-perut kosong, dan mata-mata lelah yang hanya bisa menatap masjid dari kejauhan,,,,,,,
Menangis,,,,
Meratap,,,,,
Lapar,,,,
Mengemis,,,,
Dan banyak anak-anak berbaju lusuh diantara Mereka,,,,,

Lalu, tidakkah kita bertanya dalam hati……

Untuk apa semua kemegahan itu jika manusia di sekitar rumah Allah merasa asing dengan kasih sayang?

Untuk siapa sebenarnya masjid itu dibangun? Untuk Allahkah? Untuk umatkah? Atau hanya untuk kebanggaan manusia?

*Allah berfirman dalam Qur’an, QS. Al-Baqarah
(Al-Baqarah):177 – Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan *memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta* ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Inilah esensi dari iman. Bukan sekadar arah shalat, tapi tindakan nyata: memberi kepada yang membutuhkan.

MENGGUNAKAN AKAL DAN HATI

Bukankah Rasul dan para sahabat dulu membangun masjid tidak hanya sebagai tempat shalat, tapi sebagai pusat kehidupan? Tempat berkumpulnya umat, tempat makan bersama, tempat mendidik, tempat menyelesaikan masalah sosial, tempat berlindung bagi yang tak punya rumah.

Lalu kita hari ini, membangun masjid semegah istana, tapi mengabaikan tangisan yang pelan di belakang temboknya.

Allah mengingatkan kita dalam QS. Al-Ma’un (107:1–3):
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.”

Bayangkan……

Allah menyebut orang yang tidak peduli kepada yatim dan miskin sebagai pendusta agama.

Lalu bagaimana kita yang membangun masjid tapi tak peduli dengan kelaparan di sekitarnya?
Apakah mungkin kita sedang mendustakan agama… dengan cara yang rapi dan mewah?

Tidakkah kita takut…?
Tidakkah kita mau untuk Berfikir?

Takutkah kita jika masjid yang kita bangun jadi saksi di akhirat bahwa kita sibuk mengecat dindingnya, tapi membiarkan hati tetangga kita retak karena lapar?
Membiarkan anak anak tidak mampu memenuhi kebutuhan dan Naungan?
Takut kubah yang kita banggakan malah jadi beban di timbangan amal karena niat yang tak lurus?

Apakah Hati orang-orang Pembangun Masjid ini Buta? Tidak Peka? Sibuk dengan Mengumpulkan Sumbangan Pembangunan?
Lupa ada siapa di sekitarnya?

QS. At-Taubah: 18 berkata:

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah.”

Memakmurkan masjid, bukan sekadar membangunnya. Tapi menjadikannya sumber kehidupan. Sumber ilmu. Sumber harapan bagi orang-orang miskin dan lemah disekitarnya,,,,,

Lalu mari kita bertanya pada hati sendiri:

  • Pernahkah dana masjid dipakai untuk menyekolahkan anak fakir?
  • Pernahkah masjid menyediakan dapur umum saat ada warga yang kelaparan?
  • Apakah kita tahu nama-nama tetangga sekitar masjid yang kesulitan makan?
  • Pernahkah kita bertanya, apakah mereka bisa ikut beribadah dengan tenang tanpa harus berpikir besok makan apa?

Jika belum…
Jika belum…
Maka bisa jadi yang kita bangun bukan rumah Allah, tapi rumah kebanggaan manusia.

Karena Allah tidak butuh marmer mahal. Allah tidak butuh AC pendingin. Allah Maha Kaya.
Yang Allah mau lihat… adalah kita saling peduli. Kita saling menguatkan. Kita hadir untuk manusia, sebagaimana Nabi Muhammad hadir menjadi rahmat bagi alam semesta.

Mari kita bangun masjid, tapi juga bangun manusia.
Mari kita kejar pahala masjid, tapi jangan lupakan pahala memberi makan.
Saling Peduli
Saling Berbagi
Saling Memahami dan Saling Untuk Memiliki,,
Saling Mengakui,,,,

Mari kita hias langit-langit masjid, tapi juga hias kehidupan tetangga sekitar.

Karena Allah tidak hanya melihat seberapa tinggi kubahmu, tapi seberapa dalam kasih sayangmu.
Tidak hanya seberapa indah kaligrafimu, tapi seberapa banyak tangan yang kau ulurkan.

Masjid yang benar-benar makmur, adalah masjid yang kehadirannya dirindukan. Bukan karena kemewahannya, tapi karena cintanya.
Bukan hanya tempat bersujud kepada Allah, tapi tempat manusia merasa tidak sendiri.

Dan jika hari ini kita bisa melihat itu semua…
Mungkin masih ada harapan bahwa masjid bukan hanya simbol, tapi sebenar-benarnya rahmat di tengah umat.

JADIKAN MASJID SEBAGAI RAHMAT DI SEKITARNYA

Oleh Saleh Brik Zubaidi PemerHati PemBelajar Pelopor Sirup Pala Nasional Cielo

MASJIDBERBAGI

MASJIDPEDULI

MASJIDUMAT

MASJIDSALINGMEMAKMURKAN

MASJIDBERHATI

MASJID

BAGIKAN :

Jangan Lewatkan

LUPA TUJUAN

Menyentuh Kedalaman Perpetual Alam dan Kehadiran Ilahi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *