BANGKITKAN PERJUANGAN HIDUP

OPINI – SUARAKAN KEBENARAN, WAHAI HATI YANG MASIH HIDUP

Wahai hati yang masih hidup.
Masihkah kau rasakan getar kebenaran saat kebohongan diumbar terang-terangan?
Masihkah matamu memerah karena keadilan diinjak-injak?
Masihkah jiwamu sesak karena ketidakadilan dibungkus senyum dan tepuk tangan?

Lalu, sampai kapan kita diam?

Jika para pendusta bisa bersuara lantang tanpa malu,
Jika yang menjual suara demi kenyamanan sesaat tak gentar menampakkan wajahnya,
Maka mengapa justru hati-hati yang mencintai kebenaran memilih bungkam?

Apakah kita rela, di zaman fitnah ini, kebenaran hanya berbisik sementara kebohongan berteriak?

Apakah kamu takut?
Takut kehilangan kenyamanan?
Takut disebut aneh karena bersuara ketika semua memilih bungkam?

Wahai jiwa, bukankah Allah telah menanamkan nurani di dalam dadamu?
Bukankah kamu tahu apa yang benar dan salah?
Lalu, mengapa kamu menutup mata saat kebenaran dilukai?

Pernahkah kamu bertanya:
“Jika aku mati hari ini, apakah Allah akan menyaksikan aku di pihak yang membela kebenaran, ataukah aku hanya menjadi penonton ketidakadilan?”

“Sudahkah aku menunaikan amanah suara, pendapat, keberanian—yang Allah titipkan dalam diriku?”

Bangunlah, wahai jiwa yang peduli.
Karena saat ini bukan lagi soal kepentingan,
Bukan lagi soal siapa yang dekat dengan siapa,
Bukan tentang warna atau kelompok.
Ini sudah soal aqidah. Soal kebersihan hati. Soal keberpihakan pada kebenaran.

Diam di saat kebatilan berjaya,
Adalah bentuk pengkhianatan terhadap cahaya yang pernah menuntunmu.
Jangan tunggu kemenangan untuk baru bersuara.
Karena mereka yang memilih bersuara di tengah gelap,
Tak akan sama nilainya dengan mereka yang ikut bersorak saat terang telah datang.

Besi (Al-Ĥadīd):10 – Dan mengapa kamu tidak menafkahkan pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan dan berperang sebelum penaklukan. Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat: 55:
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”

Jangan biarkan sejarah mencatat kita sebagai generasi yang hanya menonton
Saat kebenaran diperjuangkan oleh segelintir orang.
Jangan sampai anak-anak kita membaca kisah kita sebagai pengecut
Yang memilih aman daripada benar.

Wanita (An-Nisā’):58 – Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Bukankah kita diminta Allah untuk berlaku adil?
Bukankah amanah bukan hanya soal kepemilikan, tapi juga keberanian menjaga kebenaran?

Pikirkan ini:

  • Apakah kamu masih punya hati, jika kamu tak terpanggil oleh tangisan mereka yang dizalimi?
  • Apakah kamu masih punya iman, jika kamu tak gerah oleh kebusukan yang menyebar di depan matamu?

Adil bukan hanya di pengadilan. Adil juga saat memilih, saat bersuara, saat memutuskan posisi hidup.
Jika engkau hanya ikut ramai saat kemenangan sudah dekat,
Maka sejarah tidak akan mencatatmu sebagai pejuang, tapi sebagai penumpang.

Bertanyalah pada dirimu sendiri:
“Apakah aku akan tenang di kubur jika aku mati dalam posisi netral terhadap kebohongan?”
“Apakah aku akan berdiri di barisan orang-orang beriman, atau hanya jadi abu di antara mereka yang tak peduli?”

Dan jika kamu tak menemukan jawaban itu hari ini, maka engkau sedang kehilangan sesuatu yang paling berharga—jiwa yang hidup.

Pilih pijakanmu. Teguhkan langkahmu.
Biar bumi menjadi saksi.
Biar langit mencatat suaramu.
Biar anak cucumu tahu, kau pernah memilih berdiri meski sendiri.
Dan kau tak takut.

Karena peringatan itu hanya berguna bagi yang hatinya belum mati.
Bagi mereka yang masih ingin jiwanya bersih.
Bagi mereka yang tahu:
Diam saat kebatilan berjaya adalah bentuk dukungan yang paling menyakitkan.

Suaramu adalah pelita. Gunakan.
Bukan untuk membakar, tapi untuk menerangi.
Bukan untuk menyakiti, tapi untuk menghidupkan kembali keberanian.

Dan jika suatu saat kemenangan datang, biar langit tahu…
Bahwa engkau bukan hanya penonton. Tapi bagian dari mereka yang berdiri untuk kebenaran.

Bertindaklah. Suarakan.
Bukan karena ingin menang, tapi karena tak ingin menjadi bagian dari kekalahan nurani.

Pilih pijakanmu. Tegakkan keberanianmu.
Agar nanti, saat matamu tertutup,
Engkau bisa tersenyum karena tahu:
“Aku pernah bersuara, ketika semua memilih diam.”

Dan itu cukup…
Untuk menjadi cahaya dalam gelap.
Untuk menjadi saksi bahwa kamu pernah hidup.

Selaraskan Diri kita dengan ayat-ayat Allah di surat

Yang paling tinggi (Al-‘A`lá):9 – oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat,

Yang paling tinggi (Al-‘A`lá):10 – orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,

Yang paling tinggi (Al-‘A`lá):11 – dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.

Wanita (An-Nisā’):59 – Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Wanita (An-Nisā’):60 – Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.

Wanita (An-Nisā’):61 – Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.

Wanita (An-Nisā’):62 – Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.

Wanita (An-Nisā’):63 – Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

Jamuan (Al-Mā’idah):100 – Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.

Oleh : Saleh Brik Zubaidi
PeMerSaTu, PemerHATI, Pelopor Sirup Pala Nasional (Cielo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *