Menanam dan Merawat Bumi untuk Ketahanan Pangan: Jalan Menuju Kedaulatan dan Keberkahan Bangsa

OPINI – Pendahuluan. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menjadikan bumi ini sebagai tempat hidup, dan menumbuhkan padanya berbagai jenis tanaman dan buah-buahan sebagai sumber kehidupan manusia dan hewan.

Tulisan ini adalah seruan hati dan akal kepada siapa pun yang masih memiliki kepedulian terhadap nasib umat dan bangsa,
untuk kembali merenungi, memahami,
dan mengambil langkah nyata demi membangun ketahanan pangan sebagai pilar utama keselamatan bangsa dan kemanusiaan.

Bahaya Riba dan Ketergantungan Ekonomi Global

Salah satu penyebab utama kehancuran suatu bangsa adalah dominasi sistem ekonomi ribawi global yang telah masuk ke seluruh sendi kehidupan. Riba bukan hanya sekadar bentuk ketidakadilan ekonomi, tetapi ia adalah alat penjajahan modern yang digunakan untuk mengontrol kekuasaan melalui utang. Bentuk penguasaan negara lain dengan cara memasukkan riba ke segala aspek kehidupan kenegaraan dan mengambil alih negara dengan memperbanyak jumlah bank asing yang masuk dengan Bebas dan memakan semua harta rakyat, yup Pemberi Riba memang penjahat utama seluruh dunia,
Pemberian Riba adalah sebuah jebakan untuk pemindahan Kekuasaan yang sangat jelas.

“Pemimpin sekuat apa pun akan tunduk dan lumpuh ketika negerinya dikepung oleh utang berbunga.”

Sebut negara negara yang rusak berhutang riba ini sri Lanka, Yunani, venezuela, dan banyak negara rusak inflasi lainnya adalah negara yang tidak memiliki ketahanan pangan nasional yang baik, dan ketika uang dicetak oleh negaranya menjadi tidak berharga karena kurangnya bahan makanan untuk di perjualbelikan, kurangnya buah untuk di jual, dan untuk mereka membeli import sudah tidak memungkinkan karena mata uang yang mereka miliki sudah tidak kuat atau sudah kurang berharga di negara lainnya, Negara- negara seperti Sri Lanka, Yunani, dan Venezuela menjadi contoh nyata bagaimana ketergantungan pada utang dan tidak adanya kemandirian dalam produksi pangan berujung pada kehancuran ekonomi dan sosial. Ketika nilai mata uang mereka jatuh, bukan hanya uang yang tidak bernilai, tetapi juga kedaulatan bangsa ikut lenyap karena tidak ada pangan yang cukup untuk bertahan hidup.

Ketahanan Pangan Menjadi Tiang Penyangga Negeri

Penguatan pangan adalah solusi utama negara yang kuat, Ketika sebuah bisnis ditanya bisnis apa yang paling kuat? Maka jawabannya adalah BISNIS MENANAM, BETERNAK

Kenapa? ya pasti karena ada namanya saat PANEN, panen Buah, panen pangan, panen Rempah dan panen lainnya dari urusan menanam dan beternak, jika tidak laku maka pasti akan Terus berkembang biak juga pasti dapat jalan untuk Expansi Eksport jika sudah berkelimpahan, dan akan semakin seimbang dan berkembang lingkungan sekitar penanaman pangan pohon ternak jika melakukan sedekah dan zakat kesekitaran ketika setiap panen, karena yang disedekahkan bisa berbentuk bibit pangan, bibit pohon buah atau anak ternak, yang pasti berkembang

Utamanya Sangat pentingnya menanam pohon pangan makanan jadi solusi untuk keselamatan umat-umat di bumi

Ternak dan sawah ladang sebagai pangan penting dalam usaha perbaikan kehidupan sebagai kekuatan dasar setiap negara, Dalam penguatan Pangan dan buah buahan yang harus terus menerus diselamatkan setiap bangsa

Ketahanan pangan bukan sekadar konsep ekonomi, ia adalah jantung kehidupan, kekuatan pertahanan negara, dan bentuk ibadah yang konkret. Ketika suatu negara mampu menyediakan kebutuhan pangan dasar secara mandiri, maka ia telah membangun perisai pertama untuk menjaga kehormatannya.

Menanam, beternak, dan merawat bumi adalah bentuk investasi paling nyata dan berjangka panjang. Sebab:

Setiap benih yang ditanam adalah jaminan kehidupan di masa depan.

Setiap pohon buah adalah tabungan pangan sekaligus ekonomi.

Setiap panen adalah peluang ekspor, distribusi, dan penguatan sosial melalui zakat dan sedekah.

Ketika pangan melimpah, bukan hanya perut rakyat yang kenyang, tetapi juga hati dan jiwa mereka tenang. Inilah jalan menuju ketahanan nasional sejati: mengolah bumi dengan tanggung jawab dan berkah.

Islam dan Pertanian: Menanam Sebagai Ibadah

Al-Qur’an berkali-kali menyebutkan pentingnya pertanian, pohon, buah-buahan, dan ternak dalam kehidupan manusia. Bahkan Allah menegaskan bahwa Dialah yang menumbuhkan tanaman, bukan manusia. Manusia hanya bertugas menanam dan merawat.

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya, atau Kamikah yang menumbuhkannya?” (QS. Al-Waqi’ah: 63-64)

Nabi Muhammad ﷺ pun mencontohkan bahwa bercocok tanam dan memberi makan makhluk hidup adalah bentuk amal jariyah. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa jika kiamat akan tiba, dan di tanganmu ada benih, maka tanamlah.

Sebagai mana dari Tafsir Ibn Kathir

Al-Waqi’ah 56:63

أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ

Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?

English – Sahih International

And have you seen that [seed] which you sow?

Indonesian – Tafsir ibn Kathir

Firman Allah SWT:

Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? (Al-Waqi’ah: 63)

Yaitu mencangkul tanah, membajaknya, dan menaburkan benih padanya. Singkatnya, bertani atau bercocok tanam.

Kamukah yang menumbuhkannya? (Al Waqi’ah: 64)

Yakni kaliankah yang menumbuhkannya dari tanah?

ataukah Kami yang menumbuhkannya? (Al-Waqi’ah: 64)

Tidak, bahkan Kamilah yang menetapkannya di tempatnya dan Kamilah yang menumbuhkannya di dalam tanah.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnul Walid Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Abu Muslim Al-Jurmi, telah menceritakan kepada kami Makhlad ibnul Husain, dari Hisyam, dari Muhammad, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jangan sekali-kali kamu katakan, ‘aku telah menanam, ‘ tetapi katakanlah, ‘aku telah bertani. Abu Hurairah memberikan komentarnya, bahwa tidakkah engkau mendengar firman Allah Swt. yang menyebutkan: Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? (Al-Waqi’ah: 63-64)

Al-Bazzar telah meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Abdur Rahim, dari Muslim Al-Jurmi dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ata, dari Abu Abdur Rahman yang mengatakan, ”Jangan kamu katakan, ‘Kami telah bertanam.’ Tetapi katakanlah, ‘Kami telah bertani’.”

Telah diriwayatkan pula dari Hajar Al-Madari, bahwa ia membaca firman-Nya:Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya. (Al-Waqi’ah: 63-64) dan ayat-ayat lainnya yang semakna. Lalu ia mengatakan, “Tidak, Engkaulah yang melakukan semuanya, ya Tuhanku.”

Pertanian bukan sekadar aktivitas ekonomi. Ia adalah bentuk kepatuhan kepada sunnatullah, bagian dari amanah untuk merawat bumi, dan jalan untuk membangun kehidupan yang selaras dengan fitrah alam dan wahyu.

Membangun Ekosistem Pangan yang Berkelanjutan

Ketahanan pangan tidak dapat terwujud jika hanya digerakkan oleh pemerintah atau perusahaan besar. Ia harus dibangun sebagai gerakan rakyat, dimulai dari keluarga, pesantren, komunitas, desa, hingga kota. Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan:

  1. Menanam pohon buah dan pangan di pekarangan rumah.
    Mengajarkan Kebiasaan ini ke anak dan keluarga, membiasakan menanam pohon yang berbuah, dapat dimakan,
    Menanam Sayur mayur di tanah yang masih bisa digunakan bahkan jika ada tanah kosong ajak bicara pemiliknya agar bekerjasama untuk dikelola agar ada tumbuhan pangan yang bisa tanam agar bermanfaat tanahnya
  2. Membangun kebun kolektif berbasis komunitas.
    Kebun kolektif adalah kebun milim bersama di komunitas dan lingkungan,
    Yang memiliki tanah tidak dimanfaatkan memberikan izin ke yang bisa menggunakannya,
    Bekerjasama dengan komunitas yang mau memberikan bibit maupun mengurusnya sehingga manfaatnya dan hasilnya dapat dibagi ke kembali ke komunitas
  3. Mengintegrasikan peternakan dengan pertanian untuk menciptakan ekosistem yang mandiri.
    Perlunya mempelajari dari berbagai sumber maupun dari internet mengenai cara cara melakukan peningkatan pengembangan usaha pangan dan peternakan, dengan basis teknik dan basis teknologi agar bisa berkolaborasi kerjasama antara peternak dan petani, ataupun mengembangkan nya sendiri.
  4. Mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah.
    Banyak jalan dan cara untuk meningkatkan kualitas produk, baik dengan pengemasan yang baik,
    Merubahnya menjadi produk manfaat yang lebih bernilai,
    Baik menjadi produk jadi ataupun produk setengah jadi untuk dijual
  5. Menguatkan pasar lokal dengan membeli hasil tani petani lokal.
    Kepedulian masyarakat harus diangkat kembali dengan membiasakan masyarakat membeli produk pasar,
    Ya membeli bahan bahan makanan tidak secara online,
    Membeli ke pasar dan para petani langsung
  6. Mengembangkan program zakat dan sedekah dalam bentuk bibit, hasil panen, dan ternak.
    Mengajarkan perhitungan zakat pada para petani,
    Mengajar para pengusaha pertanian kebiasaan untuk bersedekah, dan sistem untuk saling membantu dan menjaga petani lainnya,
  7. Menyadarkan masyarakat bahwa Tanah tidak manfaat atau tidak digunakan itu wajib untuk dibermanfaatkan,
    Karena tanah tidak berguna akan tetap jadi tanggung jawab pemilik tanah selama tanah itu tidak dimanfaatkan,
    Seharusnya Pemerintah memberikan perintah agar tanah tanah luas yang tidak dimanfaatkan harus bisa dikerjasamakan dengan petani lokal agar dibermanfaatkan, tidak hanya didiamkan dan dijadikan bahan untuk menunggu harga naik,
    Banyak jalan membuka kesempatan para petani daerah untuk memberdayakan tanah tanah nganggur atau tanah tidak aktif yang dibeli pengusaha pengusaha kota.
    Dan itu bisa dalam bentuk kerjasama ataupun dengan bentuk memanfaatkan sendiri agar keberadaan tanah yang dibeli menjadi jalan peningkatan pangan

Ini bukan sekadar strategi ekonomi, melainkan bentuk nyata dari sistem ekonomi tauhid yang memadukan keberlanjutan, keadilan, dan keberkahan.

Ayat-Ayat Allah yang Menguatkan Jalan Ini

Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang menunjukkan betapa penting dan mulianya peran pertanian dalam kehidupan:

Sapi Betina (Al-Baqarah):204 – Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.

(Al-Baqarah):205 – Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

Hari Kiamat (Al-Wāqi`ah):63 – Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.

(Al-Wāqi`ah):64 – Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?

Binatang Ternak (Al-‘An`ām):141 – Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Tempat yang tertinggi (Al-‘A`rāf):56 – Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

(Al-‘A`rāf):57 – Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

(Al-‘A`rāf):58 – Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

Nabi Yunus (Yūnus):24 – Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

(Yūnus):25 – Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

Nabi Ibrahim (‘Ibrāhīm):37 – Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Lebah (An-Naĥl):10 – Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.

Lebah (An-Naĥl):11 – Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Sajdah (As-Sajdah):27 – Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?

Menanam sebagai Jalan Keselamatan UMAT

Menanam adalah bentuk kesalehan sosial dan ibadah ekologis. Dalam dunia yang semakin tidak pasti akibat perubahan iklim, krisis pangan global, dan dominasi ekonomi ribawi, kembali kepada tanah adalah jalan selamat.

Inilah saatnya kita semua — petani, pengusaha, ulama, pejabat, pelajar, dan siapa pun — untuk membangun bangsa dari akar yang paling dasar: ketahanan pangan.

“Jika kamu menanam satu pohon hari ini, kamu telah menjamin kehidupan bagi tujuh generasi ke depan.”

Mari jadikan setiap ladang subur, setiap halaman produktif, dan setiap panen sebagai penguat iman, ekonomi, dan kemandirian bangsa.

Semoga Allah memberkahi tanah-tanah kita, dan menumbuhkan padanya rezeki yang baik dan halal untuk umat-Nya.

Oleh:

Saleh Brik Zubaidi
Pemerhati / Pelopor Sirup Pala Nasional (Cielo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *