CIREBONRAYA – Mungkin hanya orang-orang tertentu yang tahu, bahwa di salah satu tembok gapura Candi Bentar yang menjadi pintu masuk ke Makam Bung Karno tersimpan semacam gulungan “perkamen” (kertas) yang bertuliskan nama dan tandatangan Pak Sis (Siswono Yudho Husodo).
Pak Sis sendiri yang menceritakan soal gulungan kertas tersebut. Ia sengaja memasukan gulungan kertas ke dalam salah satu tembok dari bangunan gapura atau pintu gerbang menuju Makam Bung Karno yang terletak di Kota Blitar, Jawa Timur.
Di atas perkamen, Pak Sis menulis nama dirinya. Kemudian ia tandatangani lengkap dengan titi mangsanya sebagai penanda, tanggal, bulan dan tahun ketika gulungan perkamen itu dimasukan.
“Kertas itu saya tulis nama, tandatangan dan ada titi mangsa. Lalu saya gulung. Gulungan itu dimasukan ke dalam pipa. Saya tutup rapat,” tutur Pak Sis menceritakan kenangan dirinya yang menjadi arsitek renovasi Makam Bung Karno.
Setelah itu, pipa seukuran sekitar 30 sentimeter itu dimasukan ke dalam salah satu bangunan gapura yang menjadi pintu gerbang Makam Bung Karno hingga hari ini.
“Saya masukan. Ini sebagai pengingat. Jika suatu saat ada pemugaran, maka akan ada pipa dan gulungan kertas itu,” tutur Pak Sis.
Pak Sis adalah arsitek yang ditunjuk secara khusus oleh Presiden RI Ketika itu, Soeharto, untuk membangun komplek Makam Bung Karno.
Semacam mausoleum. Berada di hamparan tanah seluas 1,8 hektare. Terletak di Bondogerit, Sananwetan, kini Jalan Ir Soekarno, Kota Blitar.
Pak Sis menceritakan kisah ekslusif mengenai keberadaan gulungan perkamen itu setelah rombongan pengurus PA GmnI tiba di areal Makam Bung Karno Jumat malam, 24 Oktober 2025 atau dalam penanggalan Jawa sudah masuk Sabtu Kliwon.
Rombongan PA GmnI diterima Mas Yanu (Yanu Indriyantoro), alumni GmnI yang juga menjabat sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Blitar.
Kami transit lebih dulu di Paseban Agung yang merupakan Sekertariat Makam Bung Karno untuk beristirahat dan ramah tamah.
Sejumlah mahasiswa dari GmnI Kota Blitar turut menyambut rombongan. Bersama Kartini yang menjadi Ketua GmnI setempat, Vita (Vita Nerizza Permai), mereka sengaja menunggu sejak sore untuk menyambut kedatangan para seniornya.
Saat ramah tamah itu, Pak Sis menceritakan soal keberadaan gulungan perkamen yang disimpan di dalam tembok Candi Bentar atau gapura sebelah kanan dari pintu gerbang Makam Bung Karno.
Pak Sis menceritakan banyak hal soal lika-liku ketika dirinya akhirnya ditunjuk dan dipercaya menjadi arsitek pemugaran dan pembangunan mausoleum Makam Bung Karno.
Dari cerita Pak Sis, penunjukan dirinya tidak hanya melulu pertimbangan profesional dan kompetensi sebagai pria peraih gelar insinyur Teknik sipil ITB yang melalui perusahaan PT Bangun Tjipta Sarana, telah membangun berbagai macam gedung pemerintah maupun swasta.
Presiden Soeharto juga memiliki pertimbangan lain, yang ini lebih politis. Terkait dengan latar belakang Siswono yang merupakan aktifis GMNI dan memiliki kedekatan hubungan dengan keluarga Bung Karno.
Pembangunan mausoleum Makam Bung Karno sebenarnya merupakan isyarat rekonsiliasi yang ditawarkan Pak Harto terhadap keluarga besar Proklamator tersebut.
Siswono diharapkan bisa sekaligus menjadi jembatan untuk rekonsiliasi tersebut. Apalagi, di tahun 1978, sejak wafatnya Bung Karno pada 21 Juni 1970, Soeharto telah memulihkan nama Presiden RI pertama itu secara politik.
Isyarat rekonsiliasi itu tambah menguat ketika Presiden Soeharto sengaja memilih tanggal dan bulan kematian Bung Karno, sebagai hari untuk meresmikan mausoleum tersebut.
Makam Bung Karno diresmikan Presiden Soeharto pada 21 Juni 1979, atau 9 tahun setelah wafatnya Soekarno yang dijuluki Putra Sang Fajar.
“Pak Harto meresmikan komplek Makam Bung Karno dengan upacara kenegaraan,” tutur Pak Sis yang juga menceritakan bagaimana dinamika yang terjadi pada keluarga almarhum Bung Karno Ketika itu.
Dalam catatan sejarah, ribuan orang hadir dalam peresmian tersebut. Ibu Negara, Ibu Tien Soeharto membuka gapura atau pintu gerbang yang di dalamnya terdapat gulungan perkamen Pak Sis.
Kemudian Presiden Soeharto menandatangani prasasti. Upacara kenegaraan secara resmi digelar yang menunjukan bentuk penghormatan Pak Harto terhadap sosok Bung Karno.
Pak Sis menceritakan juga di hari-hari akhir menjelang peresmian ketika ia berusaha melakukan pendekatan kepada keluarga besar Bung Karno untuk bisa hadir dalam acara tersebut.
Pak Sis menceritakan pengalaman menjadi arsitek pemugaran dan pembangunan, ada nuansa emosional ketika Pak Sis menceritakan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupannya Ketika dipercaya menjadi arsitek pemugaran dan pembangunan mausoleum Makam Bung Karno.
Terlihat ada dorongan emosional dari rongga dadanya yang menekan seluruh saraf hingga Pak Sis harus menahan air mata dengan mengambil jeda, menghentikan sejenak ceritanya.
Terutama ketika ia harus bercerita tentang Bung Karno, Pak Harto dan relasi antar keduanya dikaitkan dengan pemugaran dan pembangunan mausoleum Makam Bung Karno.
Semua yang ada di dalam ruangan Paseban Agung terdiam. Memberi kesempatan Pak Sis menata emosinya untuk kemudian melanjutkan ceritanya. Pak Sis adalah sosok sentral di balik pembangunan mausoleum Makam Bung Karno. Dalam perjalanannya kemudian, komplek Makam Bung Karno makin lengkap, terutama yang tak kalah ikonik ialah keberadaan Perpustakaan Proklamator Bung Karno.
Anak-anak muda, bisa mengenal Bung Karno lebih dekat dengan mengunjungi perpustakaan tersebut yang menyimpan buku-buku tulisan Bung Karno, dokumen serta berbagai peninggalan, termasuk sejarah sosok paling fenomenal dalam sejarah modern Indonesia.
Usai mengikuti cerita Pak Sis, rombongan melanjutkan dengan ziarah. Melewati Candi Bentar, gapura yang menjadi pintu gerbang masuk ke areal utama Makam Bung Karno. Pak Sis kembali berusaha menunjukan letak dimana di tahun 1978, atau 47 tahun lalu, gulungan perkamen itu disimpan.
Gapura Makam Bung Karno, merupakan bangunan sejenis Candi Bentar yang kokoh berdiri dengan ketinggian mencapai sekitar 15 meter. Bangunan ini mencerminkan desain pengaruh Hindu, Majapahit.
Kami semua melewatinya. Untuk kemudian membersihkan diri dan memasuki pendopo, juga setinggi 15 meter, tempat Bung Karno beristirahat dengan tenang bersama makam orang tuanya, Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. (Tiar)



