Seruan Kongres GMNI Selanjutnya di Suku Pedalaman, Membumi bersama Masyarakat Adat

TAPANULI UTARA – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) melaporkan capaian penting dalam mekanisme regenerasi dan penataan kelembagaan organisasi, yang bergerak perlahan namun pasti dari konfigurasi tiga Dewan Pimpinan Pusat (DPP) menjadi dua DPP. Capaian ini ditandai melalui agenda Rekonsiliasi Persatuan Nasional dan Pengukuhan Pengurus DPP GMNI Periode 2025-2028 yang berlangsung di Inna Heritage Bali, Denpasar, pada 15-17 Desember 2025. Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan untuk merajut kembali kohesi internal sekaligus menegaskan komitmen kolektif terhadap rekonsiliasi GMNI setelah periode fragmentasi yang berlangsung hampir enam tahun.

Para kader GMNI menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya agenda tersebut, yang merupakan momentum relevan untuk menjaga stabilitas ideologis dan kesinambungan pergerakan, serta mendorong kemampuan organisasi merespons dinamika kebangsaan secara adaptif dan konstruktif.

Dalam kesempatan yang sama diberikan selamat kepada Bung Arjuna Putra Aldino dan Bung Muhammad Ageng Dendy Setiawan sebagai Ketua Umum DPP GMNI dan Sekretaris Jenderal DPP GMNI Periode 2019-2022, atas kontribusi kepemimpinannya yang dinilai penting menjadi pondasi kesinambungan organisasi pada masa yang akan datang. Bung Imanuel Cahyadi (Ketua Umum DPP GMNI Periode 2019-2022), turut hadir dan menjadi bagian dari penguatan legitimasi historis dan jejaring kader lintas periode.

Pada pengukuhan tersebut, struktur dipimpin oleh Bung Muhammad Risyad Fahlevi dan Bung Patra Dewa sebagai Ketua Umum DPP GMNI dan Sekretaris Jenderal DPP GMNI Periode 2025-2028. Kepemimpinan inti diperkuat oleh tiga Wakil Ketua Umum yakni Marianus Rawa Tamba (Pergerakan), Melisa Tarandung (Pengembangan Kader), dan David Benedictus Situmorang (Pengembangan Organisasi). Dengan dukungan para Wakil Sekretaris Jenderal untuk bidang personalia, program, hubungan antarlembaga, manajemen arsip, dan operasional.

Pengelolaan keuangan dipimpin oleh Ersandi Santoso (Bendahara Umum) dengan dukungan wakil bidang internal, eksternal, dan operasional. DPP juga menetapkan perangkat bidang yang luas mencakup organisasi, kaderisasi, politik, ideologi, pergerakan Sarinah, ekonomi, lingkungan hidup, hukum, reforma agraria, riset dan teknologi, hingga sejumlah isu sektoral sebagai perangkat kerja tematik untuk menjalankan fungsi pergerakan secara lebih spesifik.

Pada sisi koin lainnya, Ketua Umum GMNI dan Sekretaris Jenderal GMNI Periode 2025-2028 pimpinan Bung Sujahri Somar dan Bung Amir Mahfut menyampaikan posisi mereka yang tidak menolak gagasan persatuan, namun menginginkan persatuan yang jujur, adil dan bermartabat. Keduanya juga menyatakan keberatan atas kegiatan yang mengatasnamakan rekonsiliasi di Bali karena dinilai berlangsung sepihak dan berada di luar mekanisme organisasi, serta mengingatkan publik agar menilai dengan jernih dan tidak terjebak pada narasi persatuan yang dianggap tidak prosedural.

Merujuk situasi tersebut, R. Bg. Angelo Basario Marhaenis Manurung, S.Psi., S.I.Kom (C)., M.Psi sebagai kader pelopor GmnI menyampaikan gagasan agar GmnI menempuh Kongres Persatuan yang benar-benar utuh antar kedua DPP yang sudah ada. Gagasan ini terinspirasi dari Bapak Bangsa Ir. Soekarno yang menempatkan persatuan sebagai syarat strategis perjuangan, termasuk melalui spirit NASAKOM sebagai upaya merajut perbedaan kekuatan sosial-politik dalam satu orientasi kebangsaan. Dalam kerangka itu, kongres persatuan dipandang sebagai misi bersama dan konsolidasi ideologis yang menyatukan kembali arah perjuangan GmnI secara menyeluruh.

Salah satu implementasi persatuan dengan bergotong-royong membumikan Marhaenisme sampai tingkat akar rumput RT, RW, kelurahan, kecamatan, hingga kabupaten/kota serta memperluas pendidikan ideologi tidak hanya kepada masyarakat menengah-bawah, tetapi juga menengah-atas khususnya juga pada sarinah.

Ia juga menilai mahasiswa Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri perlu memahami akar historis Pancasila yakni Marhaenisme yang berakar dari kearifan dan keluhuran bangsa. Untuk menjaga independensi kader dari tarik-menarik kepentingan, Angelo mengusulkan lokasi kongres yang berpijak pada ruang-ruang kebudayaan dan spiritualitas bangsa, seperti wilayah Baduy Luar (Lebak), Kampung Naga (Tasikmalaya), Kasepuhan Ciptagelar (Sukabumi), Mentawai (Sumatera Barat) atau kawasan Pulau Rupat serta pedalaman Riau/Jambi (mis. Talang Mamak/Sakai) sebagai simbol kembali kepada nilai-nilai kearifan bangsa.

Last but not least, ia menyampaikan pesan reflektif yakni “I love you, I forgive you, the door of my heart is open for you.” Pesan ini sejalan dengan pengakuan kader bahwa “Tidak pernah sedetik pun saya merasa berbeda dengan yang lain” sebuah penegasan kesetaraan kader dalam rumah besar GmnI.

Dalam semangat itu ia menutup dengan ajakan agar GMNI terus menyalakan kembali api keramahtamahan persaudaraan dan politik bahwa GMNI rekindling the spirit of hospitality. (TS/MG)

BAGIKAN :

Jangan Lewatkan

Dugaan Pelecehan dan Pengancaman, Paman Aldy De Jurnal dan Warga Kecamatn Kabandungan Ambil Langkah Hukum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *