Septa Dinata Tulis Buku Biografi KH. Yahya Cholil Staquf, Derap Langkah dan Gagasan

JURNALREALITAS.COM, JAKARTA – Terpilihnya KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 di Muktamar NU ke 34 di Bandar Lampung pada 22-24 Desember 2021 membawa momentum baru bagi buku Biografi KH Yahya Cholil Staquf: Derap Langkah dan Gagasan yang ditulis Septa Dinata, M.Si

Septa Dinata, M.Si saat dimintai keterangan oleh awak media melalui saluran Handphone pada Sabtu (25-12-2021) mengungkapkan Tentu banyak khalayak yg ingin mengenal lebih jauh sosok Kyai Staquf, yang oleh pengamat politik Indo Barometer M. Qodari dijuluki sebagai “The Next Gus Dur” ini.

“Saya memutuskan untuk membagikan secara gratis dan bebas buku yang saya tulis ini dalam bentuk e-book, tentunya dgn harapan agar buku ini relevan dan dapat membantu khalayak dan media masa dalam mengenal tokoh ini, terutama pasca keterpilihannya sebagai Ketua Umum PBNU”, ungkapnya

Septa Dinata menjelaskan sinopsis buku ini terdiri dari dua bagian.

1). mengulas tentang latar belakang sosial dan jejak kiprah Gus Yahya. Sebagian besar terkait dengan aktivisme Gus Yahya di Nahdlatul Ulama secara nasional dan global.

2). Merangkum gagasan gagasan pokok Gus Yahya khususnya sebagaimana disampaikan Gus Yahya dalam bukunya PBNU: Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama

Secara sosial KH. Yahya Cholil Staquf lahir, tumbuh, dan berkembang di lingkungan Nahdlatul Ulama.

“Sejumlah sosok penting sangat berperan dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya. Ia dilingkupi oleh orang-orang terdekat dalam keluarganya yang kebetulan juga orang tokoh tokoh penting dalam Nahdlatul Ulama”

“Mulai dari buyut, kakek, hingga pamannya adalah sosok penting dalam Nahdlatul Ulama baik secara keorganisasian maupun secara kultural”, ulas Septa

Selain tumbuh di lingkungan pesantren, Gus Yahya juga menempuh pendidikan umum di sekolah negeri mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Semua jenjang Pendidikan tersebut ditempuh secara paralel dengan pendidikan di sekolah umum. Ketika menyantri di Krapyak, ia juga menempuh jenjang perguruan tinggi di Universitas Gajah Mada.

Hal ini membuat Gus Yahya memiliki citarasa tersendiri dibandingkan dengan kiai-kiai pada umumnya. Ia memiliki instrumen analisis dan kosakata yang lebih luas dalam mengartikulasikan pandangan- pandangannya

Septa Dinata menjabarkan bahwa Gus Yahya memiliki kedekatan yang kental dengan Gus Dur.

“Ia (Gus Yahya) pernah berinteraksi secara intens dalam rentang waktu yang cukup lama dengan Gus Dur dan menyerap berbagai macam pikiran- pikirannya. Adapun dalam sepuluh dekade terakhir, Gus Yahya terlibat penting dalam upaya memainkan peran NU pada tataran global dalam rangka melanjutkan mengembangkan kiprah yang telah dirintis oleh Gus Dur,” jelasnya

Ia berbicara dalam berbagai forum internasional dalam rangka membawa misi perdamaian. Gus Yahya juga menjalin komunikasi dengan berbagai pihak lintas negara dan keyakinan.

Secara gagasan, Gus Yahya merefleksikan secara mendalam dan komprehensif tentang kondisi Nahdlatul ulama saat ini.

Gus Yahya meletakkan konteks perubahan tersebut tidak hanya pada skala nasional, tapi skala global. Ia mencoba untuk mendefinisikan ulang konteks dan relevansi keberadaan Nahdlatul Ulama saat ini.

Berangkat dari refleksi-refleksi tersebut ia mencoba untuk memberikan sejumlah tawaran untuk perbaikan dan pengembangan organisasi tersebut ke depan.

“Ia melihat perlu adanya transformasi secara menyeluruh untuk mewujudkan cita-cita yang Nahdatul Ulama untuk mewujudkan peradaban umat manusia yang lebih sesuai dengan tuntutan zamannya”, tutup Septa Dinata, M.Si yang juga Staf Pengajar di Fakultas Falsafah dan Peradaban, Universitas Paramadina, Jakarta ini. (MG)