JURNALREALITAS.COM, JAKARTA – Kombes Pol Ady Wibowo asal kelahiran Pemalang kini menjabat sebagai Kapolres di Polres Jakarta Barat, beliau adalah putra dari seorang perwira tinggi polisi Ngusman Fuady dan ibundanya bernama Ida Swastuti Ariani. Sejak kecil ady selalu di boyong oleh kedua orang tuanya untuk bermigrasi sesuai penempatan ayahnya berdinas.
Hal ini membuat beliau harus siap menyesuaikan diri dan beradaptasi di lingkungan barunya, sebab hampir setiap tahun beliau bermigrasi sesuai penugasan ayahnya. Kombes pol ady wibowo tercatat enam kali pindah sekolah dasar (SD) , yakni di Sumbawa , Bima , Flores , dili, jawa Tengah dan mataram, namun pada masa SMP, beliau memutuskan untuk menetap di bali hingga lulus SMA.
“Setiap tahun saya pindah, setelah kelas 2 SMP saya gak lagi berpindah dan menetap di bali sampai lulus SMA”, ucap beliau
“Ady bercita-cita ingin menjadi seorang pilot dan tidak ada terpikirkan untuk menjadi anggota kepolisiankepolisian, namun takdir tidak ada yang tau, ketika saya mendaftarkan diri di Akademi Kepolisian pada tahun 1992, beliau di nyatakan lulus tes administrasi”
“Karena saya di Terima sebagai Akpol, jadi saya urungkan niat saya untuk menjadi pilot, sosok ayah yang jadi panutan untuk saya bisa masuk Akpol”, terangnya
Selama proses mendaftarkan diri di Akademi Kepolisian beliau tidak memberitahu ayahanda, beliau ingin berusaha sendiri untuk menjadi abdi negara. Tes demi Tes di jalani sampai akhirnya Ady harus mengikuti pendidikan akpol di semarang, Jawa Tengah.
Beliau baru bercerita kepada ayahanda ketika ingin menjalani pendidikan selama 3,5 tahun, mendengar kabar baik itu sang ayah sampai terkejut.
“Ayah saya akhirnya memberikan restu jalan saya untuk mengikuti pendidikan, dia bangga karena saya sudah berusaha sendiri. Berangkat saya pendidikan 3,5 tahun,” ungkap Ady
Setelah lulus dari akpol 1995 , Kombes pol ady wibowo mendapat dinas pertama di polres metro jakarta barat dengan pangkat ipda , beliau mendapat jabatan sebagai Kepala sentra Kepolisian Terpadu (SPKT)
Pada tahun 1998 , ady di pindahkan ke direktorat lalu lintas Polda metro jaya sampai tahun 1999, disana ady mendapatkan pendidikan untuk sekolah ke Belanda guna memperdalam ilmu lalu lintas selama 6 bulan.
Usai pendidikan di sana, Ady kembali ke Indonesia dan melanjutkan program di Pusdik Lantas selama dua tahun. Selanjutnya, Ady mendapat kesempatan sekolah lagi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian tahun 2000 sampai 2002.
Lulus di PTIK, ia mendapatkan tugas di wilayah hukum Polda Riau sampai tahun 2010. Berbagai jabatan di sana pernah diemban Ady, mulai Kapolsek, Kasat Lantas hingga sebagai Wakapolres di Polda Riau.
Ady kemudian pindah ke Polda Metro Jaya dengan jabatan malang melintang di sana. Pada suatu hari, namanya keluar di dalam surat telegram rahasia Kapolri sebagai Kapolres Metro Jakarta Timur pada tahun 2019.
Baru beberapa bulan menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Timur, Ady mendapatkan kesempatan untuk lanjut Sekolah Sesko atau Sekolah Perwira Tinggi di Bandung, Jawa Barat pada 2020. Selesai menjalani pendidikan, ia mendapat tugas sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat
Pengungkapan Paling Berkesan Selama 26 Tahun Jadi Anggota Polisi
Bertugas di Polres Gresik Polda Jawa Timur tidak akan pernah dilupakan oleh pria kelahiran 23 Agustus 1974 tersebut. Di sana ia pernah mengungkap satu kasus menarik, yaitu mengenai isu SARA yang viral di sosial media tahun 2016 silam.
Di mana ada sebuah sandal jepit yang diproduksi oleh salah satu tempat menggunakan lafadz Alloh. Dari masalah ini, hampir terjadi gesekan antara warga dengan tempat produksi sendal lafadz Alloh.
Ady mengaku, dirinya menggandeng sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk meredam amarah warga yang kesal dengan tempat produksi sandal jepit. Ady meminta agar warga percaya kepada pihaknya dalam melakukan penyelidikan dan penyidik hingga proses hukum selesai.
“Karena saya dekat dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kita berikan proses penyelidikan dan penyidikan secara transparan. Akhirnya warga percayakan ke kami penanganannya,” jelas Ady.
Akhirnya, dalam waktu singkat, pihaknya bisa melakukan proses secara hukum kepada pembuat lafadz Alloh pada sandal. Ia pun mendapat apresiasi dari masyarakat yang sudah bekerja secara transparan.
Sang Ayah Motivasi untuk Terus Berkarir di Dunia Kepolisian
Meski sang ayah dikenal oleh Ady sebagai pria yang tegas, tapi Ngusman adalah lelaki yang sayang pada keluarganya. Oleh karena itu, ia bersama dua Kaka perempuan lainnya selalu diajak berpindah-pindah tempat dinas sampai ia harus pindah sekolah sebanyak 6 kali.
Ady mengaku sangat dekat dengan sang Ayah dan ia kerap diberikan nasihat agar selalu baik kepada siapa saja. Terutama ketika ia menjadi seorang anggota polisi, ia banyak belajar dari sang ayah bagaimana harus mengayomi masyarakat dan loyal kerja dengan pimpinan.
“Bapak saya itu orang yang tegas tapi dia itu penyayang sama keluarga. Saya dekat sama bapak ya,” terang Ady
Kemudian, lanjut Ady, sosok ayah yang menjadi panutan ini juga ditiru olehnya ketika ia berpindah tugas, istribernamaWindyLukitasari dan anaknya Dimas Arsa Ramadhan, Galih Atahilah Syawal, dan M Panji Rafaat Pamungkas pasti diajak. Dengan demikian, ia tetap bisa merasakan kehangatan keluarga ketika lelah sepulang berdinas di kantor Kepolisian.
“Saya tidak memiliki harapan apa-apa di dunia kepolisian, saya cuma berharap bisa amanah dan bermanfaat di mana saya berdinas dan menjabat. Selalu diberikan kesehatan dan keselamatan dunia maupun akhirat,” pintanya. (Fattah)
Komentar