Gema Mathla’ul Anwar Minta Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Mundur Dari Jabatan

JURNALREALITAS.COM, JAKARTA – Ketua Umum DPP Generasi Muda Mathla’ul Anwar (GEMA Mathla’ul Anwar) Ahmad Nawawi Arsyad mengaku sangat kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia belum lama ini, karena dari dua seri yang diterbitkan sama sekali tidak mencantumkan nama Ormas Mathla’ul Anwar, apalagi nama para tokoh pendirinya.

Saat dimintai keterangan oleh Awak media Nawawi menjelaskan, bahwa Mathla’ul Anwar adalah salah satu Ormas Islam tertua, yang lahir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan tepatnya tahun 1916, yang sampai hari ini tetap eksis dan konsisten dengan tiga gerakan utamanya yaitu Dakwah, Pendidikan dan Sosial.

Mathla’ul Anwar sebagai salah satu organisasi Islam tertua dan sudah memilki perjalanan sejarah yang panjang terutama dalam bidang pendidikan, tentu saja sudah berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa, dengan jutaan alumninya yang sampai hari ini berkiprah dibanyak bidang baik pemerintahan maupun swasta di Republik ini.

Lebih lanjut Nawawi menjelaskan, sangat naif dan mengejutkan kalau seorang Hilmar Farid sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI yang Expert dibidang sejarah, sampai tidak tau dan mengabaikan fakta keberadaan Ormas Islam Mathla’ul Anwar.

“Organisasi Mathla’ul Anwar juga hilang di Kamus Sejarah Indonesia keluaran Kemendikbud yang telah beredar luas di masyarakat. Keteledoran Hilmar Farid sebagai Dirjen Kebudayaan dan pihak yang paling bertanggung jawab soal ini, sungguh tidak bisa ditolerir lagi, karena sebagai penghilangan fakta sejarah,” ujar Nawawi di Jakarta, Rabu (28-04-2021)

Atas dugaan keteledoran tersebut, GEMA Mathla’ul Anwar meminta Hilmar Farid segera menyampaikan permohonan maaf kepada Mathla’ul Anwar, dan jika tidak maka secara gentleman mengundurkan diri atau dimundurkan dari jabatan Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud RI.

“Maka sebagai bentuk pertanggungjawaban intelektual, sejarah dan moral, kami meminta beliau dengan kesatria segera menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada Mathla’ul Anwar di media, dan kalau tidak, maka secara gentleman harus segera mengundurkan diri atau dimundurkan dari jabatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI,” tegas Nawawi.

Usulan itu dilontarkan Nawawi, lantaran menurutnya, Hilmar Farid telah melakukan keteledoran yang fatal dan menyinggung Keluarga Besar Mathla’ul Anwar, dan menjadi pejabat yang paling bertanggung jawab dengan hilangnya nama organisasi dan sejumlah tokoh dalam Kamus Sejarah Indonesia yang diterbitkan Kemendikbud, termasuk Organisasi Islam Mathla’ul Anwar.

Nawawi menjelaskan, keteledoran Hilmar Farid tersebut sangat membahayakan bagi perjalanan sejarah Indonesia, khususnya generasi muda.

“Kami membayangkan, kalau keteledoran Hilmar Farid ini tidak mencuat dan menjadi sorotan publik, maka rakyat Indonesia, khususnya generasi muda menkonsumsi kamus sejarah yang sarat dengan kealpaan tersebut. Bangsa kita bisa menjadi bangsa yang buta sejarah. Ini sangat membahayakan,” paparnya.

“Maka menurut kami, aneh sekali, apabila Hilmar Farid masih dipertahankan. Banyak pihak akan mempertanyakan visi-misi pemerintah, khususnya dalam bidang kesejarahan dan kebudayaan,” sambungnya.

Lebih lanjut, Nawawi juga meminta Kemendikbud secara serius mengevaluasi dan menyusun ulang Kamus Sejarah Indonesia dengan melibatkan banyak pihak.

“Harus penuh ketelitian, kecermatan dan melibatkan banyak pihak yang kompeten, termasuk ormas-ormas. Sehingga terbit kamus sejarah yang komprehensif. Sehingga bangsa kita akan menjadi bangsa yang menghargai serta menjunjung tinggi sejarah,” tutupnya. (Megy)